SEJARAH KECAMATAN KALIKAJAR

Sejarah Kalikajar dan Semangat Gumebyar

Sumbing tak hanya gunung. Ia adalah punggung di mana sebuah kecamatan bersandar. Namanya Kalikajar, sebuah tempat yang subur. Tanah di sini adalah hamparan janji. Namun di bawah permadani hijau itu, sebuah ironi bersembunyi. Sebuah gugatan pada kemurahan alam. 
Nama adalah sebuah penanda, sebuah cerita asal-usul. Konon, Kalikajar lahir dari kebiasaan sederhana para pembuka lahan. Mereka duduk beristirahat dalam barisan yang rapi. Maka, sejak awal, nama itu adalah sebuah kredo. Bahwa kebersamaan adalah fondasi yang menopang hidup. Sebuah komunalitas yang bersahaja.

Tentu, sejarah tak pernah datang dengan suara tunggal. Ia adalah mozaik dari kepingan ingatan yang terserak. Selalu ada versi yang berbeda. Ada hikayat tentang Ki Ageng Mertandaka yang datang dari ufuk timur. Ia membabat hutan belantara dengan tekad sekeras baja. Sebuah epos tentang perintisan. Lalu ada narasi lain dari Desa Lamuk. Asap kemenyan Mbah Nur Iman memanggil pulang sang istri. Dari sana, sebuah dusun pun lahir. Dua kisah ini tak saling membunuh. Keduanya hidup, saling memperkaya makna. Identitas Kalikajar memang tak pernah terpusat.

Ia bernapas di setiap dusun, di setiap jengkal pematang sawah. Sejarah bukanlah monumen yang beku dan angkuh. Ia adalah percakapan yang tak pernah usai. Dari rahim tanahnya, kekayaan itu lahir. Kentang, tembakau, dan aneka sayur mayur yang menghidupi pasar. Lereng Sumbing adalah ibu yang tak pernah lelah memberi.

Namun, di sinilah paradoks itu menampakkan wajahnya. Di tengah kelimpahan hasil bumi, kemiskinan ekstrem menjadi hantu. Ia bergentayangan di sebagian rumah warganya. Sebuah pertanyaan pun menggantung di udara Wonosobo yang sejuk. Mengapa lumbung padi belum sepenuhnya menjadi lumbung kemakmuran? Jawabannya mungkin tak sederhana.

Ia mungkin tersembunyi dalam struktur yang tak kasat mata. Pada rantai pasok yang panjang dan acap kali tak berpihak. Keringat petani dihargai terlalu murah. Ancaman lain datang dari langit. Iklim telah menjadi teka-teki yang sulit diramal. Petani kini harus bertaruh dengan musim. El Niño datang membawa kemarau panjang. La Niña menyusul dengan bencana dan gagal panen. Ini adalah perjudian yang tak selalu bisa dimenangkan.
Di antara tembakau dan sayuran, ada sebuah harta karun lain. Ia tersembunyi di ketinggian Desa Bowongso. Namanya kopi, dengan aroma yang khas. Dulu ia hanya minuman para petani, penghangat di pagi yang dingin. Kini namanya telah melanglang buana, dicari para penikmat kopi. Sebuah kebangkitan cita rasa dari lereng gunung.

Para pemuda desa menjadi juru ceritanya. Mereka merawat bijinya, mengolahnya dengan saksama, dan memberinya sebuah merek. Kopi Bowongso pun lahir sebagai sebuah kebanggaan. Ia bukan sekadar minuman penyegar. Ia adalah ekonomi yang menggeliat, harapan baru bagi para petani. Secangkir kopi yang menghidupi satu keluarga. Maka kopi di sini adalah sebuah narasi. Cerita tentang tanah, tentang kerja keras, dan tentang martabat yang kembali diraih. Sebuah rasa yang tak akan pernah bisa dilupakan.

Akan tetapi, Kalikajar menolak untuk sekadar pasrah. Ada sebuah ”geliat”, sebuah kebangkitan yang tumbuh dari dalam. Semangat kebersamaan menjadi motor penggeraknya. Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani menjadi rahim baru. Inisiatif-inisiatif kecil lahir dari sana. Mereka adalah simpul-simpul modal sosial yang hidup. Di dalam kelompok, pengetahuan tak lagi disimpan sendiri. Masalah didudukkan bersama, jalan keluar dicari bersama. Inilah gotong royong dalam wujudnya yang paling otentik.

Pemerintah pun tak lagi menempatkan diri sebagai atasan. Ia hadir sebagai mitra, sebagai fasilitator. Sebuah kolaborasi yang melahirkan visi bersama. Visi itu dirumuskan dalam satu kata: ”Gumebyar”. Sebuah kata dari bahasa Jawa yang berarti gemerlap dan penuh cahaya. Sebuah cita-cita untuk menjadi lumbung prestasi. Lihatlah Festival Balon Udara, sebuah tradisi yang nyaris celaka. Kini ia telah diubah, ditata ulang dengan cerdas. Balon-balon raksasa itu ditambatkan dengan aman. Dari ritual pasca-Lebaran, ia menjelma menjadi ikon. Tradisi dan modernitas berdamai dalam sebuah kanvas kreativitas. Roda ekonomi lokal pun ikut berputar.

Lalu, ada ”Akademi Gumebyar”, sebuah ruang belajar sederhana. Di sini, para perempuan tani tak hanya memegang cangkul. Tangan mereka kini mulai menggenggam gawai. Ini adalah sebuah revolusi dalam senyap. Mereka belajar memotret produk, membuat konten digital. Suara mereka yang tadinya bisu, kini bisa melintasi batas desa.

Inovasi lain yang lebih sunyi namun strategis adalah ”Rumah DataKu”. Ia adalah upaya untuk mendata, untuk melihat dengan presisi. Untuk mengenali siapa yang paling butuh dibantu. Dengan data, bantuan tak lagi buta dan salah sasaran. Pembangunan menjadi lebih tepat, lebih manusiawi. Desa Maduretno telah memberi kita sebuah pelajaran penting.

Tentu, semua ini tak berjalan tanpa tantangan. Perjuangan adalah sebuah maraton, bukan lari cepat. Ia membutuhkan napas panjang dan daya tahan. Namun, Kalikajar telah menunjukkan di mana kekuatannya yang sejati. Bukan pada kesuburan tanahnya semata. Ia terletak pada semangat warganya yang tak kunjung padam.
Kisah Kalikajar adalah sebuah catatan pinggir. Ia pengingat bahwa kemajuan tak melulu soal proyek mercusuar di kota. Ia bisa bersemi dari denyut kehidupan di tingkat desa. Maka di lereng Sumbing, sebuah harapan tengah ditanam. Harapan bahwa gemerlap tak hanya ada dalam slogan. Tapi dalam denyut nadi kehidupan warganya.
(Dani Munggoro, Lembaga Inspirit).

ALDHIANA KUSUMAWATI, S.STP., M.M.
Camat Kalikajar

AGENDA KEGIATAN


  • Event tidak tersedia.

ALDHIANA KUSUMAWATI, S.STP., M.M.
Camat

NGATINI, S.IP.
Sekretaris

FENDI SUSANTO, S.Ak.
Kepala Seksi Pemerintahan

SUPRAYITNO BUDIANTO, A.MD
Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat dan Sosial

HERY SUSANTO, S.IP.
Seksi Ketenteraman Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat

Drs. MUGIYONO
Seksi Ekonomi dan Pembangunan

ANIEK SETIAWATI, S.IP.
Kepala Sub Bagian Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Kalikajar

Achmad Rofiq
Pengadministrasi Umum

DWI SANTOSO
Pengadministrasi Umum

SHOBIRIN
Pengadministrasi Umum

DINAR PRIHANDINI, A.Md.
Arsiparis Terampil

AGUS RIYANTO
Pengadministrasi Perkantoran

NURFITRIYATI, S.Pd.
Penata Layanan Operasional

DWIKI MUSTAFA RIADY, S.M.
Fasilitator Pemerintahan

Media Sosial

PENGUNJUNG