paragan-siswa-panggih-temanten-bregada-xii-pemadani-kertek-kalikajar-di-maduretno

Paragan Siswa “Panggih Temanten” Bregada XII Pemadani Kertek Kalikajar di Maduretno

 21 Oktober 2025 |   Administrator | Kegiatan

Paragan Siswa “Panggih Temanten” Bregada XII Pemadani Kertek Kalikajar di Maduretno

Senin, 20 Oktober 2025

Jujur aja, urusan pelestarian budaya tuh sering keburu dianggap kuno sama anak sekarang. Tapi, lihat deh, di Kertek Kalikajar malah sebaliknya—anak-anak Bregada XII Pemadani kayak ngasih pesan keras: “Budaya itu hidup, Bro!” Mereka tampil habis-habisan bawain paragan adat “Panggih Temanten” di Maduretno, bikin siapa pun yang nonton auto merinding nostalgia. Bukan cuma sekadar unjuk bakat, acara ini tuh jadi ruang belajar yang beda banget dari kelas biasa. Di situ, nilai-nilai Jawa—tata krama, etika sosial, filosofi hidup—nggak cuma diceramahin, tapi beneran dihidupin lewat tiap gerakan dan simbol.

Kadang ya, orang mikir upacara adat itu cuma buat formalitas atau sekadar foto-foto biar keren di Instagram. Padahal, lewat kegiatan kayak gini, anak-anak diajari buat ngerti makna di balik tiap prosesi. Kayak, kenapa sih harus ada salam-salaman, kenapa kembar mayang mesti dipajang, atau kenapa pengantin harus jalan bareng sambil diiringi musik gamelan? Itu semua ada filosofinya, lho. Bukan asal ngikutin tradisi nenek moyang. Ada pelajaran soal saling menghormati, makna loyalitas, dan pentingnya gotong royong. Nggak heran sih, pendidikan di sini nggak cuma soal nilai raport, tapi juga soal karakter dan identitas. Kalau dipikir-pikir, ini kayak vaksin biar anak-anak nggak gampang kena “penyakit” budaya asing yang kadang suka bikin lupa akar sendiri.

Eksplorasi Simbolisme di Prosesi “Panggih Temanten”

Nah, ngomongin soal simbol, “Panggih Temanten” itu penuh makna dari ujung kepala sampai ujung kaki. Begitu pengantin cowok dan cewek akhirnya dipertemukan setelah serangkaian upacara, itu bukan cuma soal pertemuan fisik, tapi juga pertemuan dua keluarga, dua budaya, bahkan dua harapan masa depan. Ada kembar mayang yang katanya sih lambang harapan rejeki lancar dan rumah tangga harmonis. Terus, ada sanggan, buah pinang sama sirih yang melambangkan doa biar hubungan pengantin awet kayak pinang yang susah dipisah. Belum lagi prosesi siraman—kayak ritual penyucian sebelum masuk ke babak baru kehidupan.

Anak-anak yang perform di acara ini, niatnya nggak main-main. Dandan rapi, busana adat lengkap, semua detailnya diperhatiin. Bahkan ada yang sampai belajar cara jalan pelan ala pengantin Jawa, loh. Gara-gara proses latihan ini, mereka jadi makin paham bahwa tiap detil punya makna tersendiri. Yang tadinya cuma lihat ibu-ibu nari di acara nikahan, sekarang jadi ngerti kenapa itu penting. Malah, banyak juga yang jadi makin pede ngomong di depan orang banyak, belajar kerja bareng, dan nggak malu-maluin kalau disuruh tampil di panggung.

Pendidikan dan Budaya: Duet yang Nggak Bisa Dipisahin

Kadang suka miris sih, banyak sekolah cuma fokus ke akademik, nilai, olimpiade, dan semacamnya. Tapi, di Kalikajar, pendidikan tuh kayak dapet “bumbu” ekstra dari budaya lokal. Guru-guru, orang tua, bahkan pihak kecamatan full support. Nggak cuma duduk manis di kursi tamu, tapi beneran ikut ngasih motivasi, jadi pembimbing, sampai bantuin urus properti acara. Energinya tuh kerasa banget, bikin suasana sakral tapi tetep santai dan penuh makna.

Yang paling kerasa, anak-anak jadi lebih pede—nggak cuma buat tampil, tapi juga buat ngomong soal budaya sendiri. Mereka belajar teamwork, negosiasi, komunikasi, pokoknya soft skill yang kadang nggak dapet di pelajaran biasa. Ini lho, yang namanya pendidikan karakter. Jadi, bukan cuma soal “pintar” di atas kertas, tapi juga siap jadi generasi penerus yang punya integritas dan ngerti akar budayanya. Cocok banget sama visi Pelajar Pancasila yang katanya sih mau nyiptain anak bangsa yang unggul tapi tetep berbudaya.

Kecamatan Kalikajar: Supporter Nomor Satu Budaya Lokal

Salut sih, Kecamatan Kalikajar nggak cuma jadi penonton, tapi aktif banget dukung acara kayak gini. Mereka pengen anak-anak muda makin cinta sama tradisi, nggak cuma jadi penikmat pas nikahan doang. Lewat “Panggih Temanten”, kecamatan pengen budaya lokal makin nge-blend sama kehidupan sehari-hari. Camatnya bahkan bilang, pelestarian budaya itu ya harus mulai dari sekolah. Kalau anak-anak udah kenal dan cinta budaya sendiri dari kecil, pas gede nanti nggak gampang canggung atau malah minder kalau harus tampil di acara adat.

Kadang, pemerintah cuma fokus ke infrastruktur atau layanan publik yang kelihatan fisiknya. Tapi di Kalikajar, budaya juga dianggap investasi jangka panjang. Soalnya, siapa lagi yang mau ngejaga budaya kalau bukan generasi mudanya sendiri?

Menjaga Warisan, Ngebangun Masa Depan

Intinya sih, lewat paragan “Panggih Temanten” ini, semua diingetin lagi—budaya itu bukan sekadar warisan, tapi identitas yang harus dijaga bareng-bareng. Pendidikan berbasis budaya lokal itu bukan cuma trend sesaat, tapi strategi biar generasi penerus nggak gampang tercerabut dari akar sendiri. Kalau cuma ngandelin pelajaran di kelas, ya bisa-bisa anak-anak malah jadi asing sama budaya sendiri. Tapi, lewat acara kayak gini, semangat gotong royong, cinta tanah air, dan bangga sama warisan leluhur bisa tumbuh alami.

Gue yakin, kalau makin banyak sekolah dan daerah yang berani kayak Kalikajar, masa depan budaya Indonesia nggak bakal suram. Malah, bisa jadi inspirasi buat daerah lain buat nggak malu-maluin budaya sendiri. Jadi, kapan giliran sekolah lo bikin acara kayak gini? Jangan-jangan, lo malah cuma jadi penonton budaya sendiri? Ayo dong, ikut nguri-uri, biar budaya kita nggak cuma jadi pajangan di museum!

#KalikajarGumebyar 


    Tidak ada komentar...

ALDHIANA KUSUMAWATI, S.STP., M.M.
Camat Kalikajar

AGENDA KEGIATAN


  • Event tidak tersedia.

ALDHIANA KUSUMAWATI, S.STP., M.M.
Camat

NGATINI, S.IP.
Sekretaris

RAHMAT WIDODO, S.Sos.
Kepala Seksi Pemerintahan

SUPRAYITNO BUDIANTO, A.MD
Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat dan Sosial

HERY SUSANTO, S.IP.
Seksi Ketenteraman Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat

Drs. MUGIYONO
Seksi Ketenteraman Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat

ANIEK SETIAWATI, S.IP.
Kepala Sub Bagian Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Kalikajar

Achmad Rofiq
Pengadministrasi Umum

DWI SANTOSO
Pengadministrasi Umum

SHOBIRIN
Pengadministrasi Umum

DINAR PRIHANDINI, A.Md.
Arsiparis Terampil

Media Sosial

PENGUNJUNG